Mehmed II

Ikhtisar

Zain Khokhar
dengan , diterjemahkan dengan Fatiya Azizah
diterbitkan pada 13 Mei 2020
X
translations icon
Mehmed II (by Gentile Bellini, Public Domain)
Mehmed II
Gentile Bellini (Public Domain)

Mehmed II (1432-1481 M), juga dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, adalah sultan ketujuh dan salah satu sultan terhebat di Kesultanan Utsmaniyah. Penaklukan-penaklukan yang dipimpinnya menyatukan kekuatan Utsmaniyah di Anatolia dan Balkan, kemenangannya yang paling terkenal adalah penaklukan Konstantinopel, ia mengubah kota tersebut menjadi pusat administrasi, pusat budaya, dan ibukota kerajaannya yang sedang berkembang. Puncak kejayaan Utsmaniyah ini menjadi titik akhir kekuasaan Kerajaan Romawi Timur sekaligus era baru dominasi Utsmaniyah di Mediterania Timur.

Kehidupan Awal dan Asal-usul Keluarga

Mehmed adalah anak ketiga dari Sultan Murad II (1421-1451 M) dan Hüma Hatun, salah satu selir Murad keturunan Balkan. Ia lahir pada 30 Maret 1432 M. Kakek dari garis keturunan ayahnya adalah Mehmed I (1413-1421 M), dan kakek moyangnya adalah Osman I (1280-1323 M), pencetus Dinasti Utsmaniyah. Nama Mehmed diambil dari nama nabi umat islam Nabi Muhammad (570-632 M). Berbeda dengan budaya islam lainnya, dalam budaya Turki, nama 'Muhammad' hanya diperuntukkan khusus untuk Nabi.

Sisihkan pariwara
Advertisement
Berkat statusnya sebagai anak raja, Mehmed mendapatkan pendidikan terbaik di bawah pengawasan cendekiawan negeri tersebut.

Mehmed menghabiskan masa kecilnya di Edirne, sebelum kemudian pindah ke Amasya, kota Laut Hitam, dan menggantikan saudaranya, Ahmed, sebagai gubernur pada 1437 M. Padahal, waktu itu umurnya masih lima tahun. Berkat statusnya sebagai anak raja, Mehmed mendapatkan pendidikan terbaik di bawah pengawasan cendekiawan negeri tersebut. Mehmed memiliki banyak guru yang mengajarinya tentang ilmu agama, sejarah, bahasa asing, dan lain-lain. Guru pribadi yang disewa khusus untuk melayani keluarga kerajaan Utsmaniyah disebut lalas, mereka berperan penting untuk mempersiapkan anak-anak bangsawan berurusan dengan kerumitan administrasi. Buku-buku islami yang Mehmed baca berpengaruh pada ambisinya saat menjadi raja atau sultan. Keinginannya untuk menaklukan Konstantinopel terinspirasi dari tulisan orang arab Al-Kindi, atau Ibnu Khaldun, dan terus berkembang berkat hadits (atau perkataan) Nabi Muhammad, yang bernubuat bahwa suatu hari, pasukan Muslim akan menaklukan kota tersebut.

Kenaikan Tahta

Masa pemerintahan ayah Mehmed, Murad II, diwarnai konflik internal dan eksternal sejak awal kekuasaanya. Di awal pemerintahannya, Murad memerangi salah satu saudaranya sendiri di perang takhta. Perang ini dipicu saudaranya yang didukung Kerajaan Romawi Timur dan negara Kristen Balkan, yang memulai pemberontakan di wilayah Utsmaniyah bagian Eropa. Setelah memukul balik serangan awal, ia memimpin peperangan melawan negara-negara Turki seperti Karamanid di Timur, dan beberapa kekuatan Eropa seperti Venesia, Hungaria, dan pasukan salib di barat. Pada akhirnya, Murad kehabisan tenaga karena konflik berkepanjangan ini, ditambah dengan kematian putra kesayangannya, Alaeddin (m. 1444 M), Murad akhirnya memilih untuk pensiun di Bursa pada 1444 M dan menyerahkan takhtanya kepada Mehmed, yang saat itu masih berusia 12 tahun.

Sisihkan pariwara
Advertisement

Para musuh Utsmaniyah dan fraksi-fraksi internal mengambil kesempatan di masa pemerintahan sultan Mehmed. Pada 1444 M, Paus Eugene IV (1431-1447 M) mulai mengumpulkan pasukan salib baru setelah membatalkan perjanjian damai dengan Murad. Sementara itu, Kedespotan Morea, penguasa sebagian kecil wilayah Romawi Timur di Yunani Selatan, memulai serangan di Thessalia. Penyerangan-penyerangan ini melemahkan pejabat-pejabat penting Utsmaniyah. Setelah diyakinkan oleh perdana menteri agung Halil Çandarlı (m. 1453 M) dan membaca surat dari Mehmed, Murad kembali menjadi sultan untuk menyelesaikan ancaman.

Death of King Władysław Jagiellończyk
Kematian Raja Władysław Jagiellończyk
Stanisław Chlebowski (Copyright, fair use)

Tentara salib yang dipimpin Raja Wladislaw III (1434-1444 M) dari Polandia beradu dengan pasukan Murad di Pertempuran Varna pada 1444 M, perangn ini berakhir dengan kemenangan mutlak Utsmaniyah. Pada masa ini, Mehmed melanjutkan studinya dengan bimbingan Zaganos Pasha (m. 1462 M) dan Syahabuddin Syanin Pasha. Pada 1451 M, Murad II meninggal, dan posisi sultan diserahkan kepada Mehmed. Tidak lama setelahnya, Mehmed memulai rencana besarnya, yaitu menaklukan kota Konstantinopel.

Sisihkan pariwara
Advertisement

Pengepungan Konstantinopel

Konstantinopel sendiri adalah aib bagi penguasa sebelumnya, masyarakatnya yang berkurang drastis akibat wabah, peperangan yang berkelanjutan, dan kekalahan wilayah sekitarnya membuat kota tersebut menjadi target simbolis alih-alih target strategis yang menguntungkan. Para pendahulu Mehmed II mencoba menaklukan kota ini, tapi selalu gagal. Selain pemerintahan sementara setelah Perang Salib Keempat, Konstantinopel nyaris tidak bisa ditaklukan hingga berabad-abad, terutama karena Tembok Theodoia, benteng panjang yang dibangun oleh raja Romawi Timur, Theodosius (402-450 M).

Sebelum pengepungan, Mehmed memperbarui perjanjian damai dengan beberapa negara Eropa dan Karamanid. Kemudian ia memulai persiapan pengepungan kota pada musim dingin 1452 M dengan membentuk pasukan angkatan laut di Gallipoli dan mengumpulkan kekuatan di Trakia. Pada musim semi 1452 M, ia memperkuat pijakannya di ibukota Romawi Timur dengan membangun benteng besar sepanjang Tanduk Emas di dekat Pera, yang saat ini disebut dengan Rumelihisari. Benteng ini melengkapi benteng Anadolu Hisari, yang dibangun oleh pendahulu Mehmed, Sultan Bayezid I (1389-1402 M), sepanjang Bosporus di sisi Asia.

Rumelihisarı
Rumelihisari
Dennis Jarvis (CC BY-SA)

Di tahun yang sama, Mehmed mengumpulkan para teknisi elit dan insinyur, salah satunya adalah ahli senjata terkenal dari Hungaria, Urban (1453 M) dan memberi mereka tugas untuk membuat meriam kolosal khusus yang akan menghancurkan benteng yang dibangun pendahulu Mehmed. Meriam ini menjadi salah satu faktor penting kesuksesan Mehmed II menaklukan Konstantinopel. Mendekati rencana akhir, Mehmed mengumumkan ultimatum pada Romawi Timur untuk menyerah secara sukarela. Kaisar Konstantinopel pada saat itu, Konstantinus XI Palaiologos (1449-1453 M) menolak, kemudian pada 6 Februari 1453 M, pengepungan Konstantinopel dimulai.

Sisihkan pariwara
Advertisement

Kaisar Konstantinus mulai meminta bantuan. Di awal 1453 M, Genoa dan Venesia berjanji untuk mengirim bantuan pada angkatan laut Romawi Timur berupa kapal perang. Paus Nikolas V (1447-1455 M) juga menawarkan bantuan namun dengan syarat bahwa Ortodoks Timur Romawi harus mengakui kekuasaan Gereja Katolik Romawi dan kemudian bersatu. Perjanjian ini tidak membuahkan hasil; namun, pasukan sukarela Kristen dari berbagai daerah bergabung membantu mereka.

Utsmaniyah menggunakan meriam untuk meledakkan bagian-bagian tembok dengan efek luar biasa; namun, jangka waktu persiapan meriam-meriam tersebut sebelum menembak lagi sangat lama, sehingga para Romawi Timur sempat kembali memperbaiki bagian-bagian yang hancur dengan cepat.

Pasukan Konstantinopel yang berjumlah sekitar 5000-7000 tentara ditempatkan mengelilingi Tembok Theodosian yang panjang, dengan Jendral Genoa Giovanni Giustiniani (1453 M) sebagai pemimpin mereka. Kaisar Konstantinus meminta pasukan kontingennya berjaga di daerah kerajaannya. Sebuah pasukan terpisah pemberontak Turki dipimpin sepupu Mehmed, Pangeran Orhan, yang mengincar tahta Utsmaniyah juga ikut dalam pertahanan kota. Romawi Timur, yang mengetahui rencana besar Utsmaniyah untuk menyerang, memasang rantai sepanjang Tanduk Emas, bertujuan untuk menahan kapal perang musuh supaya tidak dapat menyerang bagian rentan tembok dari lautan.

Mehmed II sampai dengan seluruh pasukannya pada 5 April 1453 M. Pasukannya berjumlah sekitar 80.000 tentara, termasuk angkatan darat, angkatan berkuda, perlengkapan pengepungan, dan pasukan angkatan laut. Garda terdepan penyerang adalah pasukan tangguh Korps Yanisari. Yanisari adalah pasukan yang dibentuk dari anak-anak Kristen Balkan yang dipungut dari keluarga mereka dan dilatih untuk menjadi pasukan di bawah sistem devşirme. Mirip dengan penjaga Varangia, yang melayani Romawi Timur, Yanisari dipilih untuk setia kepada sultan di atas segalanya. Pasuksan lainnya adalah pasukan luar biasa seperti infanteri Başıbozuk dan Azap, serta para penunggang kuda Akinci. Selain itu adalah infanteri regular seperti kavaleri Sipahi, dan pasukan gabungan Serbia.

Sisihkan pariwara
Advertisement

Beberapa minggu setelah pengepungan dimulai pada 6 April, para pelindung kota yang dipimpim Giustiniani berhasil memukul mundur banyak serangan Utsmaniyah. Utsmaniyah menggunakan meriam untuk meledakkan bagian-bagian tembok dengan efek luar biasa; namun, jangka waktu persiapan meriam-meriam tersebut sebelum menembak lagi sangat lama, sehingga para Romawi Timur sempat kembali memperbaiki bagian-bagian yang hancur dengan cepat. Utsmaniyah membutuhkan strategi baru, Mehmed kemudian merancang solusi cerdas dengan mengincar blokade pasukan laut Romawi Timur di Tanduk Emas. Pada 22 April, ia memerintahkan pasukan laut untuk menghancurkan rantai Romawi Timur dengan menyeret kapal perang sepanjang wilayah Pera dan mendorongnya ke laut di dalam Tanduk Emas.

Theodosian Walls
Tembok Theodosius
Bigdaddy1204 (CC BY-SA)

Manuver ini menjadi titik balik pengepungan. Romawi Timur harus merelokasi para pasukan dari tembok di daratan ke bagian yang menghadap lautan. Venesia gagal menghalangi pasukan angkatan laut Utsmaniyah, dan dengan perkembangan ini, Mehmed memperbarui serangan infanteri di Tembok Theodosius. Pengepungan berlangsung selama beberapa minggu hingga pada 26 Mei 1453 M, ia mengumpulkan seluruh jenderal untuk persiapan serangan akhir.

Mehmed meluncurkan serangannya dalam tiga gelombang. Gelombang pertama dipimpin oleh infanteri Başıbozuk dan Azap, yang dengan mudah digagalkan, namun mereka berhasil melukai musuh. Di gelombang kedua, penyerangan dipimpin oleh infanteri reguler, meriam Utsmaniyah diatur untuk menghancurkan bagian luar tembok. Serangan kedua juga gagal, namun dengan terbukanya dinding, Mehmed kemudian memerintahkan pasukan Yanisari untuk masuk sebagai pembuka jalan bagi serangan terakhir ke kota. Semangat tempur pasukan Romawi Timur menurun ketika Giustiniani terluka dan pasukan Yanisari berhasil memijak kota dan menancapkan bendera mereka di tembok. Kaisar Konstantinus mencoba untuk melakukan serangan balik akhir, namun ia jatuh di pertempuran dan pasukannya mulai mundur. 29 Mei 1453 M kemudian ditandai dengan kejatuhan Konstantinopel.

Penyatuan Kekuatan

Sesuai dengan tradisi ghazi, pasukan Utsmaniyah dibolehkan mengumpulkan harta rampasan perang di kota selama tiga hari. Setelah hari ketiga, Mehmed memasuki kota secara resmi melalui Gerbang Charisius; prosesi ini dilanjutkan di Hagia Sophia, yang kemudian diubah menjadi masjid.

Hagia Sophia
Hagia Sophia
Zain Khokhar (CC BY-NC-SA)

Untuk memulihkan populasi di kota, sultan memberikan perintah untuk memindahkan orang-orang dari Anatolia dan Balkan ke ibukota baru, apapun etnis dan agamanya, ia juga memerintahkan para tentara yang berjuang di pengepungan untuk memperbaiki infrastruktur. Sultan juga mengawasi bangunan istana kerajaan yang baru, yang disebut sebagai Yeni Saray, dan kemudian Istana Topkapi. Caroline Finkel mendeskripsikan wilayah pusat Mehmed yang baru sebagai berikut:

Istana Sultan Mehmed adalah tempat pengasingan. Ia membangun aura misterius dan kekuatan, yang dirancang untuk disempurnakan menjelang akhir masa pemerintahannya.(89)

Mehmed mulai membersihkan faksi-faksi yang berbeda pendapat dan faksi yang mengancam kekuasaannya. Salah satu yang pertama ditugaskan adalah Çandarlı Halil. Kekuasaan perdana menteri juga dikurangi, dengan memindahkan sebagian besar tanggung jawab kepada menteri lainnya. Mehmed kemudian melakukan realokasi tanah dan properti bangsawan kepada kelas bawah untuk mengimbangi pengaruh penguasa-penguasa sebelumnya, dan untuk menguatkan kesetiaan pelayan-pelayannya.

Penaklukan Akhir & Kematian

Setelah Konstantinopel kalah, kota koloni Genoa di Pera (sekarang Galata) menyerah tanpa syarat. Setelah ambisi menaklukan Konstantinopelnya terwujud, Mehmed mulai merencanakan target baru. Di Musim Semi tahun 1454 M, ia memulai operasi militer di Serbia untuk menaklukan wilayah yang dikuasai Hungaria. Kemajuan rencananya terbatas, kota Novo Brdo, yang terkenal dengan endapan bijih, berhasil ditaklukan, namun operasi ini dihentikan setelah pasukan Hungaria mulai berjaga-jaga di tepi kota.

Mehmed melakukan beberapa penyerangan ke Serbia, kekalahan pertamanya terjadi di Pengepungan Belgrade pada Juli 1456 M. Namun, usaha terakhir Mehmed untuk menundukkan Serbia akhirnya berhasil pada tahun 1459 M, pasukan Utsmaniyah menguasai benteng Smederevo. Pemimpin Kedespotan Serbia diasingkan, dan wilayah terdepan di dekat Hungaria ditetapkan.

Setelah kesuksesannya di Serbia, Mehmed menghabiskan bertahun-tahun menaklukan sisa wilayah kekuasaan Romawi Timur di Yunani, dan pesisir Laut Hitam. Ia menundukkan Attika di awal 1459 M, dan pada Mei 1460 M, ia menugaskan sebuah pasukan untuk campur tangan di perang sipil di Morea. Setelah penaklukan-penaklukan ini, wilayah kekuasaan Romawi Timur tersisa hanya satu bagian kecil daratan di pesisir Laut Hitam yang dikuasai Kerajaan Trebizond.

Map of Eastern Mediterranean in 1450 CE
Peta Mediterania Timur pada 1450 M
MapMaster (CC BY-SA)

Trebizond dan wilayah sekitarnya ditaklukan pada 1461 M, dan ekspansi ke timur ini berujung pada pertemuan antara Utsmaniyah dan sisa Beylik Anatolia. Mirip dengan situasi di Morea yang memicu campur tangan Mehmed, Karamanid juga ikut terjun ke perang sipil. Penaklukan wilayah Karamanid oleh pasukan Utsmaniyah Mehmed menimbulkan konflik dengan negara tetangga timur yang cukup kuat, yaitu Konfederasi Akkonyulu. Perseteruan ini berlanjut ke dekade-dekade selanjutnya hingga pada 1501 M, anak Mehmed dan penerusnya Sultan Bayezid II (1481-1512 M) mengalahkan mereka.

Penaklukan Mehmed yang paling terkenal setelah Konstantinopel adalah di Wallachia, pertarungannya dengan Pangeran Vlad III yang kejam diduga menjadi inspirasi utama untuk novel Dracula (1897 M) karya Bram Stoker. Vlad memimpin perlawanan atas pasukan Mehmed, ia terkenal dengan metode eksekusinya yang keji, membantai semua orang di pemukiman yang dilewatinya. Ia kemudian dikenal dengan Vlad Sang Penyula. Kekejamannya tersebar di seluruh Eropa. Pada akhirnya, ia ditangkap dan dipenjarakan oleh rakyat Hungaria. Saat akhirnya bebas, ia mati di sebuah pertempuran pada 1476 M.

Akhir masa pemerintahan Mehmed diwarnai oleh banyak konflik panjang. Berkat kemenangan-kemenangan sebelumnya, Utsmaniyah terlibat dalam perang panjang melawan Venesia (1463-1479 M), untuk mempertahankan Yunani Selatan dan pulau-pulau sekitarnya. Perang ini meluas hingga Albania, dimana pemimpin pertahanan Albania, Skanderbeg (1444-1478 M) dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Albania dari Utsmaniyah yang berkembang, bekerja sama dengan Venesia. Perang ini pada akhirnya berakhir dengan kemenangan strategis bagi Utsmaniyah. Setelah merampas harta Venesia di Laut Aegea dan kalah di benteng utama Negroponte, mereka hampir sama sekali hilang dari wilayah tersebut. Skanderbeg meninggal pada 1478 M, setelah melawan Utsmaniyah selama bertahun-tahun. Kematiannya menyebabkan kekosongan kekuasaan di Albania, yang akhirnya berakhir pada penaklukan Albania oleh Utsmaniyah. Pada musim semi 14811 M, Mehmed memimpin sebuah ekspedisi baru dengan pasukannya. Dalam perjalanan, ia jatuh sakit, kemudian meninggal pada 3 Mei 1481 M. Anak sulung Mehmed, Bayezid II kemudian menggantikanya.

Administrasi Pemerintahan dan Urusan Agama

Mehmed II dan dewan kerajaan melakukan pertemuan rutin yang disebut dengan Diwan, nama ini diambil dari nama tempat duduk yang menghiasi ruangan.


Mehmed II mengambil langkah besar dengan rencana memusatkan pemerintahan Utsmaniyah dan memperluas peran Sultan. Ia menyatukan kekuatan dengan mengubah dan memilih kembali peran dan tanggung jawab pejabat-pejabat tinggi yang menjadi penerus sultan melalui pernikahan politis. Kekayaan dan tanah dari para aristokrat dibagikan kepada para budak Mehmed, menjadikannya terpandang sebagai sultan yang bertanggung jawab dan loyal, serta mengukuhkan kekuatannya di atas bangsawan-bangsawan lain. Mehmed dan dewan kerajaan melakukan pertemuan rutin yang disebut dengan Diwan, nama ini diambil dari nama tempat duduk yang menghiasi ruangan.

Salah satu perkembangan pada masa pemerintahan Mehmed adalah kumpulan daftar hukum yang menggantikan hukum leluhur yang tidak jelas. Hukum kode sekular yang disebut dengan kanun ini mengurus berbagai topik, seperti struktur pemerintahan dan pelaku perpajakan, isinya diatur supaya tidak bertentangan dengan hukum agama (syariat).

Dalam menyusun administrasi, Mehmed sedikit banyak berpedoman pada hukum agama. Masyarakat non-muslim yang tinggal di kekaisaran Utsmaniyah bebas beribadah sesuai agamanya, namun diwajibkan membayar pajak khusus yang disebut jizyah. Mehmed yang berusaha melegitimasi pemerintahannya atas minoritas Ortodoks Timur juga menunjuk pemimpin agama yang selaras dengan kepentingan pribadinya seperti Patriark Konstantinopel Gennadious Scolarious (1454-1464 M) dan memberi mereka wewenang luas atas penganut agama mereka.

Gennadious Scholarios and Mehmed II
Gennadius Scholarios dan Mehmed II
18th-century CE Greek iconographer (Public Domain)

Warisan

Sepanjang masa pemerintahannya, Mehmed II melakukan perubahan administrasi, reorganisasi pasukan militer, proyek konstruksi ambisius, dan penaklukan besar-besaran, meninggalkan penerusnya sebuah kerajaan untuk diurus, namun ia juga dikenal sebagai dermawan seniman dan penulis. Di masa kecilnya, ia membaca sastra klasik Yunani dan Romawi. Ia suka membaca dan mengoleksi manuskrip-manuskrip tentang hal tersbut sepanjang masa pemerintahannya sebagai sultan. Ia mendanai lusinan pujangga, penulis, dan cendekiawan, serta mengundang filsuf, ahli astronomi, dan pelukis dari berbagai penjuru Eropa dan Timur Tengah untuk mengunjungi istana kediamannya. John Freely mendeskripsikan kemewahan istananya:

Sultan dan para wazirnya adalah orang-orang berpendidikan dan dermawan seni, istana Sang Penakluk di Istanbul tidak kalah indah dengan milik para pangeran Barat di Renaisans Eropa. (119)

Selama masa pemerintahannya, ia juga melakukan banyak proyek arsitektur yang berani, termasuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, membangun Istana Topkapi yang megah, Bazar Besar, dan mengawasi sejumlah konstruksi masjid yang dibangun untuk menghormatinya, yang paling terkenal adalah Fatih Camii (Masjid Sang Penakluk). Ada yang mengatakan bahwa ketika ia memasuki kota Athena setelah penaklukan, Mehmed memerintahkan renovasi seluruh bangunan kuno yang rusak.

Topkapı Tile Panel Depicting Mount Arafat
Pola Topkapi Gunung Arafah
Zain Khokhar (CC BY-NC-SA)

Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed II diberi gelar Fatih (penakluk). Tidak seperti kata kebanyakan orang, sebenarnya nama Konstantinopel tidak diubah menjadi Istanbul oleh Mehmed; kota itu disebut Konstantiniyye oleh Utsmaniyah, berasal dari nama arabnya. Istanbul adalah penyebutan khas masyarakat Turki yang diadaptasi oleh Republik Turki setelah masa Kekaisaran Utsmaniyah berakhir.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Daftar Pustaka

Ensiklopedia Sejarah Dunia adalah Rekanan Amazon dan mendapatkan komisi atas pembelian buku yang memenuhi syarat.

Tentang Penerjemah

Fatiya Azizah
Fatiya is passionate about history, especially related to language and literature. She has graduated with English Literature degree.

Tentang Penulis

Zain Khokhar
Zain adalah pegiat sejarah, khususnya kebudayaan islam timur tengah, dengan minat pada sejarah militer dan seni kesultanan Utsmaniyah, kebudayaan Asia Timur, dan studi mengenai bagaimana kejadian lalu memengaruhi kejadian masa kini.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Khokhar, Z. (2020, Mei 13). Mehmed II [Mehmed II]. (F. Azizah, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/1-18932/mehmed-ii/

Gaya Chicago

Khokhar, Zain. "Mehmed II." Diterjemahkan oleh Fatiya Azizah. World History Encyclopedia. Terakhir diubah Mei 13, 2020. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-18932/mehmed-ii/.

Gaya MLA

Khokhar, Zain. "Mehmed II." Diterjemahkan oleh Fatiya Azizah. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 13 Mei 2020. Web. 17 Apr 2024.