Wawancara: Shung Ye Museum of Formosan Aborigines

Artikel

James Blake Wiener
dengan , diterjemahkan dengan Sabrina Go
diterbitkan pada 26 Agustus 2021
X
translations icon
Tersedia dalam bahasa lain: Bahasa Inggris

Penduduk Taiwan yang asli adalah orang-orang pribumi dari keturunan Austronesia. Orang-orang pribumi Taiwan—dulu disebut aborigin Taiwan, orang Formosa dan Gaoshan (臺灣原住民族)—secara relatif terisolasi hingga abad ke-16 dan ke-17. Gelombang kolonialisasi oleh orang-orang Tiongkok, Spanyol, Belanda, Manchu dan Jepang masing-masing mempengaruhi orang-orang pribumi Taiwan, tapi hari ini, mereka sedang mengalami kebangkitan budaya.

Shung Ye Museum of Formosan Aborigines
Museum Shung Ye untuk Aborigin Formosa
Raymond June (CC BY-ND)

Dalam wawancara ini, James Blake Wiener berbincang dengan Annie Liu, Koordinator Internasional di Shung Ye Museum of Formosan Aborigines di Taipei, Taiwan, tentang museumnya dan tentang budaya serta sejarah dari salah satu penduduk pribumi paling misterius di Asia.

Sisihkan pariwara
Advertisement

JBW: Annie, banyak orang melihat Taiwan sebagai negara kepulauan di Asia yang muda dan moderen. Akan tetapi Taiwan memiliki sejarah yang kaya, yang jauh mendalam hingga ke masa lalu. Mengapa hanya sedikit orang di luar Taiwan yang tahu tentang populasi kaum pribumi Taiwan? Apa saja yang sudah dilakukan oleh museum Anda untuk menanganinya?

AL: Meski sedikit orang di luar Taiwan tahu tentang penduduk pribumi Taiwan, mereka tentu tahu tentang kelompok pribumi lokal di negara mereka sendiri. Faktanya, banyak orang-orang pribumi di sekitar Samudra Pasifik mempunyai kebudayaan dan bahasa yang mirip. Orang-orang pribumi ini, secara umum disebut orang-orang Austronesia, bahkan memiliki struktur DNA yang mirip. Karena kaum pribumi Taiwan termasuk Austronesia, lebih mudah bagi orang-orang di sekitar Samudra Pasifik untuk menghubungkan penduduk pribumi mereka dengan kaum pribumi Taiwan. Itulah mengapa banyak turis asing yang kagum saat melihat hubungan antara kaum pribumi Taiwan dengan penduduk pribumi lokal di negara mereka sewaktu mereka berkunjung ke museum kami, begitu pula dengan pengunjung dari negara-negara non-Pasifik.

Sisihkan pariwara
Advertisement
Turis asing di taiwan selalu terkagum-kagum dengan kehalusan artefak-artefak pribumi.

Berlokasi di seberang National Palace Museum, Shung Ye Museum of Formosan Aborigines menjadi pintu masuk budaya asli Taiwan bagi para turis asing. Pengunjung yang membeli tiket gabungan National Palace Museum dan Shung Ye Museum of Formosan Aborigines bisa mendapatkan potongan harga sebesar 20% untuk tiket masuk kedua museum tersebut. Oleh sebab itu, kami mengajak para pengunjung untuk membeli tiket gabungan dan menyaksikan keberagaman budaya Taiwan. Begitu para turis asing ini tiba di museum kami dengan tujuan untuk mengetahui lebih banyak tentang kepulauan ini, mereka selalu terkagum-kagum dengan kehalusan artefak-artefak pribumi. Seringnya, mereka datang ke museum kami tidak menyangka akan melihat artefak-artefak dan kostum-kostum yang begitu indah, dan selalu puas dengan pengetahuan mendalam serta pameran yang kami sajikan. Museum kami bukan sembarang museum, tapi juga tempat edukasi dan jendela untuk kebudayaan asli Taiwan. Inilah mengapa Michelin Green Guide Taiwan merekomendasikan Museum Shung Ye untuk Aborigin Formosa sebagai spot dua-bintang.

JBW: Sebagian besar ahli linguistik berpendapat Taiwan adalah wadah untuk keluarga bahasa Austronesia, yang termasuk bahasa terbesar di dunia. Tolong ceritakan pada kami tentang keragaman etnik dan kebudayaan antara berbagai suku di Taiwan—apakah hal tersebut signifikan?

Sisihkan pariwara
Advertisement

AL: Saat ini, kami memiliki 16 kelompok pribumi yang sudah diresmikan di Taiwan; dua yang terakhir dalam daftar ini diresmikan tahun 2014:

  • Amis
  • Atayal
  • Bunun
  • Kavalan
  • Paiwan
  • Puyuma
  • Rukai
  • Saisiyat
  • Sakizaya
  • Sediq
  • Tao
  • Taroko
  • Thao
  • Tsou
  • Hla'alua
  • Kanakanavu

Tapi masih ada suku-suku pribumi lainnya di Taiwan, yang secara umum disebut orang Pingpu, yang sedang berusaha agar bisa diresmikan oleh pemerintah. Meskipun di antara suku-suku pribumi ini ada kemiripan budaya, masing-masing suku memiliki kepentingan dan karakteristik tersendiri. Tidak satupun para pribumi Taiwan ini memiliki bahasa tertulis, jadi semuanya diteruskan secara lisan. Sejarah lisan dan cerita rakyat adalah catatan sejarah tertua dari orang-orang pribumi Taiwan. Dan tetap masih ada hubungan antara orang pribumi Taiwan dengan orang-orang Austronesia yang lain. Contohnya, suku Maori di Selandia Baru memiliki kidung kuno yang mirip dengan suku Amis dari Taiwan. Ini artinya mereka memiliki hubungan bertahun-tahun yang lalu. Masih ada banyak lagi cerita semacam ini yang menunggu untuk ditemukan.

Taiwanese Indigenous Peoples
Kaum Pribumi Taiwan
dmcdevit (CC BY-SA)

JBW: Lebih dari 1866 artefak etnologis dipajang di Shung Ye Museum of Formosan Aborigines, termasuk instrumen-instrumen upacara yang berharga, kerajinan tangan, kostum, perkakas dan foto-foto. Museum ini juga mengelola koleksi seni modern oleh para seniman kontemporer pribumi. Di antara barang-barang yang dipajang ini, mana yang paling menarik perhatian para turis? Yang mana yang merupakan bintang dari museum ini yang tidak boleh dilewatkan oleh pengunjung museum?

Sisihkan pariwara
Advertisement

AL: Dengan bangga saya bisa mengatakan kami mempunyai setidaknya satu yang menjadi bintang atraksi di setiap lantai di museum ini. Di lantai satu, kami punya perahu memancing Tao, yang selalu dikagumi para pengunjung karena pola-polanya yang indah. Di lantai dua, kami punya seruling hidung dari suku Paiwan yang selalu membuat para pengunjung takjub karena dimainkan menggunakan hidung. Di lantai ketiga, kami punya kalung dari suku Paiwan dengan manik-manik kaca, yang menggunakan hampir semua jenis manik-manik kaca. Di lantai B1, kami memiliki hiasan kepala dari suku Paiwan dan suku Rukai; para pengunjung selalu terpukau dengan warna-warninya.

JBW: Sulit untuk mengabaikan keindahan hasil tenunan dan kostum pribumi Taiwan. Bisakah Anda menceritakan lebih banyak tentang koleksi kostum di museum dan bagaimana museum Anda bisa mendapatkan kostum-kostum tersebut?

AL: Semua koleksi kostum untuk pameran diletakkan di lantai tiga museum. Sewaktu Anda berjalan ke lantai tiga, Anda akan melihat alat tenun, serat tenun, kostum tradisional dan modern pribumi Taiwan. Kemudian, ketika Anda masuk lebih dalam di lantai tiga, Anda pasti akan kagum akan kehalusan manik-manik kaca beserta dekorasinya. Dengan mengunjungi lantai ketiga museum kami, para pengunjung bisa mengapresiasi kecantikan pakaian tradisional dan modern orang-orang pribumi Taiwan.

Sisihkan pariwara
Advertisement

Paiwan's Shaman Boxes
Kotak-kotak Dukun Suku Paiwan
Raymond June (CC BY-ND)

Semua benda di museum kami disumbangkan oleh Pendiri kami, Ketua Safe C. F. Lin. Beliau memiliki minat yang sangat besar untuk benda-benda pribumi Taiwan beserta kesenian Taiwan dan mulai mengoleksinya sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Kemudian 25 tahun yang lalu, beliau mendirikan museum ini dan membagikan koleksinya pada publik.

JBW: Museum ini menyelenggarakan pameran di mana barang yang dipamerkan ada yang permanen dan ada yang dirotasi, dan juga mempunyai koleksi foto-foto langka tentang desa-desa pribumi. Banyak orang-orang pribumi awalnya membangun rumah mereka menggunakan batu sabak yang berat sebagai perlindungan dari topan. Annie, apa yang bisa Anda ceritakan pada kami tentang rumah-rumah ini dan koleksi foto-foto etnografis museum ini?

Suku Rukai dan suku Paiwan menggunakan batu sabak karena mampu menahan topan.

AL: Di lantai dua museum kami, kami memiliki model rumah batu sabak dengan skala 1:1. Model ini benar-benar seperti sungguhan sampai-sampai pengunjung muda kami selalu penasaran untuk mencoba masuk ke dalamnya. Di zaman dahulu, suku Rukai dan suku Paiwan memilih batu sabak, yang tersedia di area pegunungan di bagian selatan Taiwan, untuk membangun rumah mereka. Mereka menggunakan material ini karena mampu menahan topan, dan juga membantu rumah mereka tetap sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin. Selain itu, rumah batu sabak juga memilki pintu masuk yang rendah dan sempit yang berfungsi sebagai pertahanan.

Untuk koleksi foto-foto etnografis, kami bangga mengatakan bahwa kami memiliki foto-foto yang memiliki makna sejarah dan latar belakang modern. Dengan cara ini, para pengunjung berkesempatan untuk mengapresiasi keindahan artefak-artefak dan melihat situasi masa lalu dan masa kini orang-orang pribumi Taiwan melalui foto-foto yang dipajang.

JBW: Seperti di Amerika, populasi pribumi Taiwan juga mengalami berbad-abad penjajahan, marginalisasi, dan asimilasi. Meski demikian, beberapa studi menujukkan bahwa hari ini 70% penduduk Taiwan memilki darah pribumi. Bagaimana saat ini orang-orang Taiwan memandang kaum pribumi Taiwan? Selain itu, mengapa penting bagi penduduk Taiwan dan orang-orang asing untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan pribumi Taiwan?

AL: Kaum pribumi Taiwan adalah pemukim pertama Taiwan. Tentunya, jika kita hendak mempelajari lebih lanjut tentang sejarah Taiwan, kaum pribumi tidak bisa kita abaikan. Akhir-akhir ini, kebudayaan pribumi Taiwan sudah menjadi bagian yang esensial dalam pendidikan dasar Taiwan. Selain itu, sudah ada peningkatan dalam program studi pribumi di universitas-universitas Taiwan. Meskipun kaum pribumi masih minoritas di Taiwan, kesadaran dan pengetahuan tentang hal tersebut meningkat dalam masyarakat Taiwan.

Sebagai orang asing, bahkan tanpa latar belakang informasi tentang kaum pribumi Taiwan, mereka selalu bisa mendapatkan pengetahuan dasar tentang kaum pribumi Taiwan dari museum kami dan mengenal serta mencintai orang-orang ini, yang beraneka ragam dan optimistis. Dan lagi, pengunjung asing selalu terkejut akan kemiripan antara pribumi Taiwan dengan kelompok pribumi lain yang mereka kenal, juga takjub akan keunikan yang mereka temukan dalam kebudayaan pribumi Taiwan. Bagi para pengunjung asing, kaum pribumi Taiwan bukan sepenuhnya orang asing tapi lebih seperti teman yang sudah lama tidak saling berhubungan. Mempelajari kaum pribumi Taiwan memperluas pikiran pengunjung kami dan memperkaya wawasan mereka.

JBW: Annie, terima kasih sudah memperkenalkan kami dengan museum Anda dan membagikan wawasan Anda.

AL: Terima kasih banyak, James. Saya senang bisa memperkenalkan museum kami.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Tentang Penerjemah

Sabrina Go
Penggemar cerita-cerita lama, kisah-kisah kuno dan kejadian-kejadian di masa lalu. Dan seorang penerjemah.

Tentang Penulis

James Blake Wiener
James adalah penulis dan mantan Profesor Sejarah. Ia memegang gelar MA dalam bidang Sejarah Dunia terutama untuk minatnya terhadap pertukaran lintas budaya dan sejarah dunia. Ia adalah salah satu pendiri World History Encyclopedia dan pernah menjabat sebagai Direktur Komunikasi di sana.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Wiener, J. B. (2021, Agustus 26). Wawancara: Shung Ye Museum of Formosan Aborigines [Interview: Shung Ye Museum of Formosan Aborigines]. (S. Go, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/2-1820/wawancara-shung-ye-museum-of-formosan-aborigines/

Gaya Chicago

Wiener, James Blake. "Wawancara: Shung Ye Museum of Formosan Aborigines." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. Terakhir diubah Agustus 26, 2021. https://www.worldhistory.org/trans/id/2-1820/wawancara-shung-ye-museum-of-formosan-aborigines/.

Gaya MLA

Wiener, James Blake. "Wawancara: Shung Ye Museum of Formosan Aborigines." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 26 Agu 2021. Web. 25 Apr 2024.