Garuda

Ikhtisar

Mark Cartwright
dengan , diterjemahkan dengan Setefanus Suprajitno
diterbitkan pada
Tersedia dalam bahasa lain: Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, Bahasa Turki
Artikel Cetak PDF
Vishnu Riding Garuda (by Jean-Pierre Galbéra, CC BY)
Dewa Wisnu Mengendarai Garuda
Jean-Pierre Galbéra (CC BY)

Garuda adalah makhluk berwujud burung dari mitologi Hindu. Perwujudan garuda ini merupakan campuran antara burang elang dan manusia. Ia adalah wahana (vahana) atau kendaraan Dewa Wisnu dan muncul di panji sang dewa. Garuda melambangkan kelahiran dan surga. Ia merupakan musuh semua ular. Dalam seni India, selama berabad-abad, secara perlahan-lahan Garuda memperoleh wujud yang lebih menyerupai manusia. Hanya sayapnya lah yang tetap dipertahankan. Namun di Kamboja hingga saat ini ia masih memiliki cakar besar dan paruh tajam menyeramkan, seperti burung pemangsa. Garuda adalah simbol nasional India, Indonesia, dan Thailand.

Penampakan dan Asosiasi

Burung mitologis Garuda biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki tubuh dan lengan seorang pria, serta sayap, kepala, paruh, dan cakar burung elang. Tubuhnya berwarna keemasan, sayapnya berwarna merah, dan wajahnya berwarna putih. Garuda juga dikenal sebagai ‘raja burung’ (Khagesvara). Garuda dijuluki sebagai ‘dia yang memiliki bulu indah’ (Suparna), ‘bertubuh emas’ (Suvarnakaya), dan ‘sang pemangsa’ (Nagantaka). Julukan terakhir ini merujuk pada perannya sebagai musuh semua ular, yang melambangkan kematian dan alam bawah tanah. Sebaliknya, Garuda melambangkan kelahiran dan surga; selain itu, ia diasosiasikan dengan matahari dan api.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Istrinya adalah Unnati (atau Vinayaka dalam beberapa versi lain), dan putranya adalah Sempati, burung mitologis lain yang menjadi sekutu Rama. Garuda adalah anak dari Kasyapa dan Vinata (atau Tarksya dalam beberapa versi lain). Ketidaksukaannya terhadap ular muncul akibat perselisihan ibunya dengan istri ayahnya yang lain, yaitu Kadru, ratu para ular.

Garuda menelan seorang brahmana dan istrinya. Namun Brahmana tersebut membakar tenggorokan Garuda sehingga ia terpaksa memuntahkan pasangan itu.

Petualangan Mitologis

Sebuah legenda dalam kitab Bhagavata Purana menceriterakan bahwa Garuda bertarung Kaliya, ular berkepala banyak yang menakutkan. Sejak dahulu kala, setiap awal bulan selalu ada persembahan yang diberikan kepada ular, dan ular memberikan sebagian dari persembahan ini diberikan kepada Garuda. Namun pada suatu ketika, Kaliya, yang merasa dirinya aman dari Garuda karena racunnya yang mengerikan, menyimpan semua persembahan itu untuk dirinya sendiri. Merasa tersinggung, Garuda menyerang Kaliya dan memukulnya dengan begitu keras dengan sayapnya sehingga Kaliya bersembunyi di dalam Sungai Kalindi. Kaliya merasa aman di sungai Kalindi karena resi Saubhari pernah mengutuk Garuda karena terlalu banyak mencuri ikan dari sungai. Jika Garuda masuk ke air sungai itu lagi, ia akan segera mati. Kaliya kemudian menerima balasannya. Prabu Kresna berenang sungai Kalindi dan menghukum Kaliya dengan menginjak-injak semua kepalanya.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Dalam Mahabharata, diceriterakan bahwa Garuda memangsa manusia jahat. Dalam satu kisah, Garuda menelan seorang brahmana dan istrinya. Namun Brahmana tersebut membakar tenggorokan Garuda sehingga ia terpaksa memuntahkan pasangan itu.

Dalam salah satu kisah paling terkenal dari mitologi Hindu yang melibatkan Garuda adalah ketika burung raksasa ini mencoba mencuri tirta amerta atau ‘air kehidupan’ yang suci dari para dewa. Dewa Indra segera mengetahui pencurian itu. Dia tidak percaya dengan motif pencurian yang dilakukan oleh Garuda, yaitu, Garuda membutuhkan tirta amerta tersebut sebagai tebusan untuk membebaskan ibunya dari cengeraman Kadru. Seegera terjadi petempuran hebat antara Dewa Indra dan Garuda. Meskipun Dewa Indra yang perkasa itu terpaksa kehilangan seenjata halilintarnya dalam pertempuran tersebut, dia berhasil mendapatkan kembali tirta amerta.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Dalam ceritera lain, Garuda pernah membantu seekor burung pipit yang diperdayai oleh Samudra. Burung pipit tersebut bertelur di tepi pantai, tetapi Samudra membawanya pergi dengan ombaknya. Ia memohon agar telurnya dikembalikan, tetapi tidak berhasil, sehingga ia mulai mematuk tepi Samudra untuk memaksanya mengembalikan telur-telurnya. Kegigihan burung pipit ini menjadi terkenal dan menarik perhatian Garuda. Sebagai raja burung, Garuda merasa simpati dan mengancam Samudra bahwa jika telur-telur terseebut tidak dikembalikan, ia akan terus menyerang Samudra tanpa henti. Samudra pun menyerah dan mengembalikan telur-telur burung pipit yang merasa sangat berterima kasih.

Vishnu & Garuda
Dewa Wisnu & Garuda
Bob King (CC BY)

Garuda dalam Seni

Garuda sering muncul dalam representasi arca Dewa Wisnu (Garudasana Visnu), terutama pada pilar-pilar seperti pilar Eran pada abad ke-5 Masehi di Madhya Pradesh yang menampilkan dua sosok Garuda, yang digambarkan dengan kepala manusia, bukan kepala burung seperti pada umumnya. Pilar batu pasir setinggi 6,5 meter di Besnagar, yang berasal dari setidaknya abad ke-1 SM, juga diperkirakan dihiasi dengan ukiran Garuda di puncak pilarnya.

Dalam seni Nepal, Garuda biasanya digambarkan dengan memiliki wajah seorang pemuda dan sering mengenakan sayapnya seperti jubah. Contoh tertua penggambaran Garuda yang masih lengkap berasal dari Cangu Narayana yang berasal dari abad ke-6 atau ke-7 Masehi. Di Kamboja, dikenal sebagai Kruth, Garuda memiliki tubuh manusia dan kaki bercakar yang menakutkan. Di setiap tangannya, ia mencengkeram seekor ular. Gambaran ini sering muncul dalam pahatan arsitektur, terutama di Angkor, serta sebagai penyangga kayu di sudut-sudut atap bangunan kuil.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Sisihkan pariwara
Advertensi

Tentang Penerjemah

Setefanus Suprajitno
Setefanus Suprajitno adalah dosen di Prodi Magister Sastra, Universitas Kristen Petra.

Tentang Penulis

Mark Cartwright
Mark adalah seorang penulis, peneliti, sejarawan, dan editor penuh waktu. Minat khususnya meliputi seni, arsitektur, dan menggali gagasan-gagasan yang dibagikan oleh semua peradaban. Selain itu, ia memiliki gelar pendidikan MA in Political Philosopy dan menjabat sebagai Direktur Penerbitan di World History Encyclopedia.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Cartwright, M. (2015, Juni 25). Garuda [Garuda]. (S. Suprajitno, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/1-13777/garuda/

Gaya Chicago

Cartwright, Mark. "Garuda." Diterjemahkan oleh Setefanus Suprajitno. World History Encyclopedia. Terakhir diubah Juni 25, 2015. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-13777/garuda/.

Gaya MLA

Cartwright, Mark. "Garuda." Diterjemahkan oleh Setefanus Suprajitno. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 25 Jun 2015, https://www.worldhistory.org/Garuda/. Web. 16 Jul 2025.